Oleh: Elia Suwi ~ Lamberg Nicolas Bani
Aku dan kamu adalah dua makhluk
ciptaan Tuhan yang tanpa sengaja bertemu untuk memulai sebuah cerita perjalan yang
cukup panjang, bila disusun menjadi sebuah fiksi maka fiksa tersebut tak
memiliki spasi. Dengan perspektif sepak bola, maka cerita kita adalah sebuah
pertandingan yang tak memiliki peraturan 2x45 menit, tetapi pertandingan yang
terus berlangsung selama 1 x 90+3 menit. Jeda pertandingan hanya mampu
dihentikan oleh waktu. Dengan perspektif demikian maka pertandingan tanpa jeda
kita mulai dari sebuah pertemuan tanpa sengaja, ketika masing - masing kita
memutuskan untuk memenuhi kebutuhan melalui suatu kegiatan. Masih sangat jelas
rekaman atau potret perjalanan cerita itu. Aku ingat bahwa pada kegiatan
pelatihan kepemimpinan tingkat menengah yang dinamakan kegiatan LMKM, kita berada
pada gelombang yang berbeda. Kamu menjadi bagian dari kegiatan LMKM gelombang 1
periode 2014-2015, begitu pula sebaliknya aku menjadi bagian dari kegiatan LMKM
gelombang 2 periode 2014-2015. Aku tidak bermaksud ungkit cerita masing-masing pada
kegiatan LMKM, tetapi justru melalui tulisan ini aku mau katakan padamu bahwa
bagaimana kita berjumpa dalam suatu kegiatan kepemimpinan tingkat lanjutan yang
dikenal dengan nama LLKM untuk memulai cerita perjalanan ini. Seperti pada
umumnya kita menghadiri pra kegiatan tersebut, bahkan disana kita belum saling mengenal.
Kamu manusia asing bagiku dan begitupula aku. Aku belum begitu mengenalmu saat
pra kegiatan hingga pada tahap pembekalan kegiatan tersebut. Sebatas sapa, diskusi
dan sharing pun kita lalui pada tahap
tersebut. Puncaknya adalah ketika kita bersama menjalani tahap tinggal bersama
warga selama 5 hari. Mulai begitu akrab aku dan kamu. Aku dengan aktivitas
rumah tinggalku, begitupula kamu dengan aktivitas rumah tinggalmu, namun disana
kita tak lupa untuk saling hampiri dalam waktu luang kami. Berlanjut kepada
kegiatan intervensi sosial yang kita lakukan bersama rekan-rekan yang lain.
Pada tahap ini kita bersama merayakan berbagai keberhasil juga kegagalan, namun
justru semua cerita dimulai disana.
Tidak seperti sebagian orang yang
berjumpa sebentar saja dalam suatu moment lalu kembali kepada aktivitas masing
- masing. Aku dan kamu memutuskan untuk melanjutkan cerita tanpa jeda ini
bersama - sama. Seusai dari kegiatan pelatihan ini, aku memutuskan untuk ikut
berpartisipasi dalam pesta demokrasi organisasi mahasiswa (LK) fakultasku,
begitu juga kamu. Cukup teringat bagaimana romantisme kita dalam persiapan
pesta demokrasi tersebut. Kita saling back
up, memotivasi, juga mendukung. Pesta tersebut pun berlalu, dan aku dan
kamu mengambil masing – masing tanggungjawab yang telah di berikan. Namun diluar
dari tanggungjawab tersebut, kami masih tetap saling bertanggungjawab untuk
saling membantu perkembangan diri kita. Setelah tanggungjawab itu usai di
kerjakan, maka kembali lagi tanpa sengaja kita dipertemukan kembali dalam
moment yang romantismenya melebihi romantisme pada sepasang kekasih. Romantisme
yang termaksud adalah kita bersama-sama memutuskan untuk menjadi lawan pada
pesta demokrasi organisasi kampus taraf universitas. Berebeda dengan pesta demokrasi pada umumnya, kita yang merupakan
lawan tarung dalam pesta tersebut justru totalitas untuk suport. Aku ingat dosa
kita yang aku membantumu untuk meloloskan seluruh berkas persyaratan dengan
menghubungin dan membohongin tim penyelenggara pesta demokrasi, sekalipun sudah
melewati waktu yang ditentukan. Sampai disini, aku bertanya-tanya sendiri bahwa
“apa mungkin aku yang gila atau mungkin kita bersama- sama gila? Ah indah
sekali semua cerita ini. Singkat cerita hasil pesta demokrasi memutuskan bahwa
kamu pemenang dalam pesta tersebut. Seusai dari pesta tersebut, kamu kamu tak
meninggalkan aku, dimana kamu mengajak aku untuk bersama – sama menyelesaikan tanggungjawab
besar itu. Aku paham bahwa kita punya tujuan mulia yang sama sehingga tanpa
berpikir lama aku pun mengiyakan ajakanmu. Kita berhasil bekerja sama, meraih
dan merayakan berbagai keberhasilan disana, juga berhasil melewati semua
tantangan bersama. Aku bangga dengan semua itu, karena kita saling suport dalam
berlatih untuk memahami nilai-nilai kehidupan, namun ingat juga bahwa aku benci
dengan semua cerita ini. Aku benci bukan karena cerita ini tidak mutu tapi karena
semua cerita ini sangat indah dan romantis. Terimkasih banyak sahabat
terbaikku, teman terbaikku, saudarah terbaikku yang pernah aku jumpai.
Ketika
aku mengingat semua moment tersebut, aku berpikir kembali bahwa semua jalan itu
pernah menjadi tempat kaki kita berpijak. beriringan sambil menggenggam tangan.
Langkah - langkah kita akan terhapus langkah - langkah kaki manusia lainnya. Jejak
kita akan terhapus hujan, dijatuhi dedaunan pada musim kemarau dan akan dilintasi
waktu yang terus bergerak ke depan. tapi, setiap kali aku menyusuri jalan itu,
aku seakan kembali hidup di masa lalu. Bahkan
juga kursi itu pernah menahan beban tubuh kita. Kali pertama aku dan
kamu berjumpa. Kali pertama kita mengabadikan foto bersama dengan telepon
genggam seadanya. jejak tubuh kita akan terhapus tubuh-tubuh lain di kursi itu.
Moment semacama itu akan disaksikan manusia-manusia lainnya. Terimkasih banyak
kawan. Aku berharap kita tidak sampai disini saja, tetapi semoga kita bisa
lanjutkan cerita yang sama di tempat yang berbeda. Semoga Tuhan sayang persahabatan
kita.
Salatiga,
31 Juli 2017
Dedicate for you my Best Friend
Lamberg
Nicolas Bani