Ditulis Oleh: (1) Nur Kholis, (2) Rejo Wagiman
Batu gajah adalah sebuah batu besar yang terletak di desa terban ujung timur kecamatan pabelan kabupaten semarang, jawa tengah, Indonesia. Bentuk dari batu tersebut sangatlah unik, karena sangat besar, tinggi, panjang, dan menyerupai seekor gajah. Konon menurut cerita turun temurun dari masyarakat disekitarnya batu ini adalah merupakan seekor gajah tunggangan seorang bangsawan keraton, yaitu nyi ageng serang. Namun karena tersesat akhirnya sampailah di daerah tersebut. Mengapa gajah tersebut sampai disitu? Kisahnya dapat kita ikuti dalam cerita legenda batu gajah berikut ini.
Alkisah, di sebuah daerah (sekarang masuk dalam wilayah dusun senggrong, desa terban, kecamatan pabelan) terdapat sebuah batu sangat besar yang menjadi kebanggaan warga di wilayah setemapat. Konon pada zaman dahulu, penjajah belanda akan merebut wilayah keraton Jogjakarta. beberapa bangsawan memilih untuk berjuang dengan cara pergi meninggalkan keraton dan menghimpun kekuatan dari luar wilayah keraton jogjakarta. Diantaranya nyi ageng serang yang konon merupakan bibi dari pangeran diponegoro. Dia sangat anti pati terhadap penjajah belanda. Nyi ageng serang bersama para pengikut setianya mengembara menuju daerah pesisir utara pulau jawa. Keluar masuk hutan dan perkampungan untuk berjuang bahu membahu memimpin rakyat melawan penjajah belanda.
Dalam perjalanannya nyi ageng serang menaiki seekor gajah sebagai kendaraanya diiringi para pengawal berkuda dan prajurit jalan kaki. Berhari-hari siang malam berbulan-bulan nyi ageng beserta pasukannya tanpa kenal rasa takut tak kenal lelah bergerilya menghadapi pasukan belanda. Dimana beliau datang di suatu wilayah, rakyat selalu mengelu-elukan dan juga bersuka cita menyambut serta memberikan apapun kebutuhan perjalanan dalam perjuangannya. Rakyat sangatlah mencintai dan menghormati tekad nyi ageng.
Pada suatu hari, sampailah beliau di suatu daerah dan beristirahat untuk bermalam seperti halnya wilayah lain, masyarakat setempat menyambut kedatangannya dengan sambutan sederhana. Setelah acara penyambutan selesai, nyi ageng hendak beristirahat akan tetapi ada salah satu prajuritnya yang melapor kepada beliau. “ampun gusti hamba mohon menghadap” lapor prajurit tersebut. “wahai prajuritku, ada apakah kamu menghadapku, apakah ada pasukan belanda yang akan menyerang?”Tanya nyi ageng. Prajurit menjawab “ oh..tidak nyai, bukan soal belanda, melainkan mengenai kondisi ki ageng wono kusumo yang tiba-tiba demam, hamba mohon nyai berkenan untuk menjenguknya”. “baiklah mari kita lihat kesana..” jawab nyi ageng. Kemudian nyi ageng segera bergegas mengunjungi tempat ki ageng wono kusumo. Ki ageng wono kusumo merupakan pemimpin pasukan yang sangat setia pada nyi ageng serang. Setelah nyi ageng sampai di tempat ki ageng wono kusumo berada, tak berapa lama ki ageng wono kusumo wafat. Sebelumnya beliau berpesan untuk seluruh pasukannya agar selalu ingat kepada yang maha kuasa dan terus melanjutkan perjuangan bersama nyi ageng serang. Pada akhirnya ki ageng wono kusumo di makamkan di wilayah tersebut.
Nyi ageng dan pasukan pengiringnya sangat terpukul dan berduka dengan kematian ki ageng wono kusumo. Pada pagi harinya nyi ageng dan tokoh desa beserta warganya semua larut dalam kesedihan yang mendalam karena kehilangan seorang pemimpin prajurit yang setia semenjak nyi ageng masih kecil hingga dewasa mendampingi dan mengabdikan diri pada keluarga keraton. Melihat nyi ageng yang merupakan tuannya bersedih, entah mengapa gajah tunggangan nyi ageng tiba-tiba berlari seperti kehilangan kawan seiring, sang gajah berlari menuju arah matahari terbenam masuk ke rerimbunan pepohonan dan terus berlari memasuki hutan, setelah sekian lama berlari pada akhirnya gajah tersebut berhenti di pinggir hutan merasa kelelahan, kehausan, dan kepanasan hingga mencari tempat yang banyak air untuk meminum sepuasnya, selanjutnya untuk mendinginkan badannya yang kepanasan gajah tersebut merebahkan badannya yang besar kedalam air, dan berkubang di tempat tersebut. Gajah tersebut merasa belum puas dan berguling sepuasnya.
Disini gajah tersebut mengamuk menendang, menginjak dan mendorong apapun yang ada didepannya, tetapi gajah rupanya tidak tahu bahwa ada bebatuan yang sangat keras dan besar di balik rimbunnya pepohonan, maka tak pelak gadingnya yang panjang dan kuat yang menjadi senjata andalannya patah menghantam bebatuan. Karena merasa kesakitan si gajah berlari sambil melengkingkan suaranya. Karena lebatnya pepohonan hutan si gajah dengan belalainya mengobrak-abrik pepohonan yang ada di depannya hingga terus masuk kedalam hutan. Akibat amuk si gajah tersebut beberapa warga yang menyaksikan amukan gajah tersebut sangat ketakuatan dan lari menjauhi hutan untuk menyelamatkan diri. Kejadian tersebut dilaporkan pada tetua serta tokoh di perkampungan, selanjutnya rakyat di panggil saemua untuk berkumpul dan diperintahkan untuk membawa benda-benda yang menghasilkan suara. Warga di pimpin si jaga baya yang pemberani mengepung dari kejauhan sambil memukul benda yang menghasilkan bunyi keras dari arah barat utara dan selatan agar gajah tersebut menuju kea rah timur menjauhi perkampungan mereka. Akhirnya gajah tersebut berlari ke arah timur menuju sungai kecil di pinggir hutan. Menyusuri hutan bambu dan terus kearah timur, beberapa saat kemudian si gajah sampai di sebuah dataran, di situ telinga si gajah kemasukan seekor semut, kembali si gajah mengamuk, menghentak-hentakkan kakinya sedemikian rupa. Karena merasa kesakitan si semut menggigit di dalam telinganya. Si gajah berlari kembali sambil melengking kesakitan menyebrangi sebuah anak sungai di sebuah gundukan tanah dengan belalainya si gajah menghisap tanah dan menyemburkan ke telinganya agar semut tersebut keluar hingga tanahnya berhamburan tak menentu.
Setelah sekian lama kepergian si gajah nyi ageng baru mendapatkan laporan dari prajuritnya bahwa gajanya telah pergi. Selanjutnya nyi ageng memanggil senopati “ wahai senopati kamu bawalah sepuluh prajurit, carilah gajahku, jangan sampai merusak dan meresahkan warga” perintah nyi ageng. Maka berangkatlah rombongan prajurit mengikuti jejak si gajah kearah barat. Sesampainya di bekas tempat gajah berkubang, senopati bertanya kepada warga yang sedang mencari rumput “apakah kalian melihat gajah yang lari kesini?” Tanya senopati, “ya tuan, tadi gajah itu mandi di situ dan kami ketakutan oleh gajah tersebut” jawab warga tersebut. “itu adalah gajah tunggangan nyi ageng serang dan sebagai pengingat tempat ini saya namakan KUBANG” kata senopati.
Rombingan prajurit lalu melanjutkan mengikuti jejak si gajah, tidak beberapa lama senopati dan rombongan menemukan gading gajah yang telah patah terkena batu. Dan senopati tersebut ber ujar “ tempat ini saya namakan GADING”. Selanjutnya rombongan prajurit melanjutkan menyusuri jejak si gajah dan sampailah pada sebuah perkampungan dimana banyak warga yang sedang berkumpul membicarakan ulah si gajah tersebut. Senopati beserta rombongan menemui si jaga baya dan bertanya “ada apakah gerangan warga terlihat sangat ketakutan?apakah karena ulah seekor gajah yang mengamuk?”. Jaga baya menjawab “betul tuan, gajah tersebut kami giring menuju arah timur, gajah siapakah kalau kami boleh tau?”. “gajah tersebut adalah tunggangan nyi ageng serang, sebagai pengingat kejadian ini akan saya namakan tempat ini SEGIRI yang berarti kalian telah berhasil menghalau gajah tersebut”. Selanjutnya rombongan prajurit melanjutkan perjalanan mengikuti jejak si gajah kearah timur sampailah di kaki bukit yang tidak jauh dari tempat singgah nyi ageng serang. Dan rombongan berhasil menemukan gajah tersebut. dengan susah payah rombongan berhasil menangkap dan menjinakkannya. Senopati lantas menungganginya membawa pulang ke tempat persinggahan nyi ageng serang. Namun dalam perjalanan gajah tersebut terjebak dalam kubangan lumpur, dan terperosok kedalamnya. Semakin gajah bergerak semakin dalam pula gajah terperosok, hingga akhirnya tidak mampu bangkit lagi. Dengan berat hati senopati beserta rombongan pulang menghadap nyi ageng dan menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya. Nyi ageng kemudian berkata “biarlah gajahku tetap disana, marilah kita lanjutkan perjuangan kita seperti yang telah kita cita-citakan”.
Demikianlah cerita asal mula batu gajah yang menurut legenda merupakan gajah tunggangan nyi ageng serang yang terperosok kedalam lumpur. Selain itu dari cerita diatas diyakini bahwa daerah-daerah tersebut merupakan jejak perjalanan nyi ageng serang dalam perjuangannya mengusir penjajah dari Negara kita ini.
Ditulis oleh: Nur kholis, S.Pd, M.Pd Dipublikasikan Oleh: Rejo Wagiman
Ditulis oleh: Nur kholis, S.Pd, M.Pd Dipublikasikan Oleh: Rejo Wagiman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar